Reliance Kembali Serap Minyak Rusia, Pasokan India Tetap Terjaga Stabil

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:02:39 WIB
Reliance Kembali Serap Minyak Rusia, Pasokan India Tetap Terjaga Stabil

JAKARTA - Pergerakan pasar energi global kembali menyorot India setelah salah satu perusahaan terbesarnya mengambil langkah strategis. 

Di tengah tekanan geopolitik dan sanksi internasional, keputusan perusahaan energi menjadi cerminan keseimbangan antara kepatuhan global dan kepentingan nasional. Situasi inilah yang kini mengiringi langkah terbaru sektor penyulingan minyak India.

Perusahaan penyuling minyak swasta terbesar di India, Reliance Industries, dikabarkan kembali melanjutkan pembelian minyak mentah asal Rusia. Langkah ini dilakukan setelah sebelumnya perusahaan tersebut sempat menghentikan pembelian untuk mematuhi sanksi Amerika Serikat yang dijatuhkan pada Oktober lalu terhadap perusahaan minyak milik negara Rusia, Rosneft dan Lukoil.

Sanksi dari Amerika Serikat disebut bertujuan meningkatkan tekanan terhadap sektor energi Rusia terkait konflik Ukraina. Kebijakan tersebut memberikan batas waktu hingga 21 November bagi perusahaan global, termasuk penyuling minyak India, untuk menghentikan transaksi dengan dua perusahaan energi besar Rusia tersebut.

Langkah Strategis Reliance di Tengah Tekanan Global

Informasi yang dilansir Bloomberg menyebutkan bahwa Reliance mendapatkan minyak mentah Rusia dengan harga diskon dari pemasok yang tidak terkena sanksi. Strategi ini memungkinkan perusahaan tetap menjaga pasokan tanpa secara langsung melanggar ketentuan yang diberlakukan Amerika Serikat.

Dalam proses distribusi, Reliance menyewa kapal tanker jenis Aframax milik perusahaan Rusia RusExport. Minyak mentah tersebut kemudian dikirim ke kilang Jamnagar yang memiliki kapasitas produksi sekitar 660.000 barel per hari dan memasok bahan bakar ke pasar domestik India.

Sumber anonim menyebutkan bahwa langkah ini dilakukan secara terukur dan penuh perhitungan. Reliance diketahui memiliki kesepakatan jangka panjang dengan Rosneft, sehingga setiap keputusan pembelian minyak tidak terlepas dari hubungan bisnis yang telah terjalin sebelumnya.

Bulan lalu, pihak perusahaan sempat mengumumkan penghentian pembelian minyak Rusia sebagai bentuk kepatuhan terhadap sanksi Amerika Serikat. Disebutkan bahwa muatan terakhir dalam skema sebelumnya dimuat pada 12 November.

Kepatuhan Sanksi dan Penjelasan Perusahaan

Meski kembali muncul pengiriman minyak Rusia ke India, pihak Reliance menegaskan bahwa transaksi tersebut tetap berada dalam koridor aturan. Seorang sumber perusahaan mengatakan kepada Reuters bahwa pengiriman yang sedang berlangsung merupakan transaksi yang telah ada sebelumnya.

Menurut sumber tersebut, penyelesaian transaksi dilakukan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan sanksi. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan berupaya menjaga keseimbangan antara kepatuhan hukum internasional dan keberlanjutan operasional bisnis.

Pendekatan ini menjadi penting mengingat ketatnya pengawasan terhadap sektor energi Rusia. Setiap aktivitas perdagangan minyak mentah menjadi sorotan negara-negara Barat yang berupaya membatasi pendapatan energi Moskow.

Di sisi lain, Reliance sebagai perusahaan swasta terbesar di sektor penyulingan India juga dituntut memastikan pasokan energi domestik tetap stabil. Kebutuhan energi nasional yang besar membuat keputusan bisnis semacam ini memiliki dampak luas.

Peran India dalam Pasar Minyak Rusia

India diketahui sebagai konsumen minyak terbesar ketiga di dunia. Sejak konflik Ukraina meningkat pada 2022, negara ini menjadi salah satu pasar utama minyak mentah Rusia yang mencari alternatif pembeli di tengah sanksi Barat.

Data dari perusahaan analis Kpler menunjukkan bahwa Rusia telah menjadi pemasok minyak terbesar bagi India sepanjang tahun ini. Lebih dari 36 persen impor minyak mentah India disebut berasal dari Rusia, menegaskan ketergantungan yang signifikan.

Merespons sanksi Amerika Serikat, sejumlah penyuling utama India sempat menghentikan sementara pemesanan baru dari Rusia. Mereka mulai mencari pasokan alternatif untuk memastikan operasional tidak terganggu oleh risiko sanksi.

Namun, tidak semua perusahaan mengambil langkah serupa. Indian Oil Corporation yang didukung negara menyatakan akan terus membeli minyak dari produsen Rusia yang belum terkena sanksi, menunjukkan perbedaan pendekatan di antara pelaku industri.

Sanksi Barat dan Sikap Tegas New Delhi

Negara-negara Barat terus meningkatkan tekanan terhadap Rusia melalui berbagai paket sanksi. Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahkan sempat mengumumkan tarif tambahan terhadap India sebagai respons atas pembelian minyak Rusia.

Pada Agustus lalu, Trump mengumumkan tarif 25 persen terhadap India dengan alasan perdagangan minyak tersebut dinilai memperpanjang konflik Ukraina. Kebijakan ini memicu respons keras dari New Delhi yang menilai langkah tersebut tidak adil.

Pemerintah India menepis kritik tersebut dengan menegaskan bahwa kebijakan energi nasional didorong oleh kepentingan domestik. New Delhi menilai kebutuhan energi rakyat dan stabilitas ekonomi nasional menjadi prioritas utama.

Pada waktu yang hampir bersamaan, Uni Eropa juga memberlakukan paket sanksi baru yang menargetkan armada bayangan Rusia. Moskow menanggapi dengan menyatakan bahwa ancaman sanksi atau tarif terhadap mitra dagangnya melanggar hak kedaulatan negara.

Di tengah dinamika global ini, langkah Reliance mencerminkan realitas kompleks perdagangan energi internasional. Kepentingan ekonomi, tekanan politik, dan kebutuhan energi nasional saling berkelindan, membentuk kebijakan yang pragmatis namun penuh perhitungan.

Terkini