JAKARTA - Sorotan tajam kini mengarah ke industri otomotif China setelah muncul praktik penjualan yang dinilai menyesatkan publik.
Fenomena “mobil bekas nol kilometer” mencuat ke permukaan dan memicu perdebatan luas di kalangan pelaku industri. Praktik ini dianggap tidak hanya merugikan konsumen, tetapi juga mengganggu kredibilitas data penjualan nasional.
Isu tersebut mengemuka seiring laporan yang menunjukkan adanya distorsi angka penjualan kendaraan baru. Di atas kertas, performa penjualan terlihat solid dan stabil. Namun di balik laporan tersebut, tersimpan strategi pemasaran yang dipandang tidak transparan oleh sejumlah pengamat industri otomotif.
Kritik keras datang dari berbagai tokoh penting industri. Salah satunya adalah Chairman Great Wall Motor, Wei Jianjun, yang menilai praktik tersebut menciptakan ilusi pertumbuhan. Menurutnya, cara ini menutupi lemahnya permintaan riil di pasar dan berpotensi merusak fondasi industri dalam jangka panjang.
Skema penjualan yang menyesatkan konsumen
Praktik mobil bekas nol kilometer dilakukan dengan mendaftarkan kendaraan baru atas nama dealer afiliasi atau pihak ketiga. Secara administratif, kendaraan tersebut tercatat sebagai mobil yang sudah terjual. Padahal, unit tersebut belum pernah digunakan oleh konsumen akhir.
Setelah proses registrasi, kendaraan kemudian dipasarkan kembali sebagai mobil bekas. Jarak tempuh yang tercatat nyaris nol, sehingga secara fisik mobil masih tergolong baru. Namun status hukumnya sudah berubah, membuat konsumen berada pada posisi yang kurang menguntungkan.
Langkah ini disebut sebagai cara cepat untuk mempercantik laporan penjualan. Pabrikan dapat mengklaim pencapaian target distribusi, sekaligus mengurangi beban stok yang menumpuk di gudang. Dalam beberapa kasus, praktik ini juga dimanfaatkan untuk mengakses insentif pemerintah.
Analis menilai fenomena ini berakar dari masalah struktural. Kelebihan kapasitas produksi membuat pabrikan kesulitan menyalurkan unit ke pasar. Akibatnya, strategi nonkonvensional ditempuh demi menjaga citra kinerja perusahaan.
Tekanan industri dan risiko bagi pembeli
Data menunjukkan tekanan besar yang dihadapi industri otomotif China. Pada April 2025, persediaan mobil penumpang nasional mencapai sekitar 3,5 juta unit. Sementara itu, sejumlah pabrikan beroperasi dengan utilisasi kapasitas di bawah 50 persen.
Kondisi tersebut diperparah oleh perang harga yang agresif. Ketergantungan pada subsidi kendaraan listrik turut menambah kompleksitas masalah. Dalam situasi tertekan, praktik mobil bekas nol kilometer menjadi jalan pintas yang dipilih sebagian produsen.
Bagi konsumen, tawaran mobil bekas nol kilometer memang terlihat menggiurkan. Harga jualnya bisa lebih murah hingga 30 persen dibandingkan harga resmi. Selisih ini kerap menjadi daya tarik utama bagi pembeli yang ingin berhemat.
Namun, risiko tersembunyi mengintai di balik harga miring tersebut. Masa garansi kendaraan umumnya sudah berjalan sejak tanggal registrasi awal. Akibatnya, pembeli berpotensi kehilangan sebagian perlindungan purna jual yang seharusnya masih utuh.
Selain itu, terdapat laporan mengenai kendaraan dengan pinjaman yang belum lunas. Riwayat kepemilikan yang tidak jelas juga berpotensi menimbulkan masalah hukum. Risiko finansial ini sering kali tidak disadari oleh konsumen awam.
Distorsi pasar dan efek domino harga
Dampak praktik ini tidak berhenti pada konsumen individual. Dalam skala lebih luas, data penjualan yang terdistorsi dapat menyesatkan investor dan pemangku kepentingan. Permintaan aktual pasar menjadi sulit dibaca secara akurat.
Persaingan antarprodusen juga berisiko menjadi tidak sehat. Perusahaan yang tidak mengikuti praktik serupa bisa terlihat kalah bersaing secara statistik. Kondisi ini menciptakan tekanan tambahan bagi pelaku industri yang ingin tetap transparan.
Contoh nyata terlihat pada anjloknya harga mobil bekas model BYD Qin L. Nilainya turun hingga 30 hingga 40 persen di bawah harga resmi. Penurunan ini memicu efek domino terhadap model pesaing di segmen yang sama.
Tekanan harga tersebut mempercepat runtuhnya ekspektasi nilai kendaraan. Konsumen menjadi ragu terhadap stabilitas harga mobil di pasar. Dalam jangka panjang, hal ini dapat melemahkan kepercayaan terhadap industri otomotif secara keseluruhan.
Respons pemerintah dan dorongan reformasi
Merespons polemik tersebut, pemerintah China mulai mengambil langkah. Kementerian Perdagangan menggelar pertemuan tingkat tinggi pada 27 Mei 2025. Sejumlah pemain utama industri diundang untuk membahas isu ini secara serius.
Pertemuan tersebut melibatkan pabrikan besar seperti BYD dan Dongfeng. Platform mobil bekas Guazi juga turut hadir dalam diskusi. Fokus utama pembahasan adalah penguatan pengawasan transaksi mobil bekas.
Pemerintah menyoroti perlunya penindakan terhadap pelaporan penjualan yang menyesatkan. Otoritas mempertimbangkan kerangka pengawasan yang mirip dengan pendekatan Komisi Sekuritas dan Bursa AS. Skema ini digunakan untuk menekan praktik manipulasi penyaluran stok.
Pakar industri mendorong perubahan strategi yang lebih berkelanjutan. Penyesuaian perencanaan produksi dinilai penting untuk menyeimbangkan pasokan dan permintaan. Transparansi riwayat kendaraan juga dianggap krusial dalam melindungi konsumen.
Selain itu, ekspor mobil bekas yang lebih teratur ke pasar luar negeri dinilai bisa menjadi solusi. Negara seperti Rusia disebut sebagai tujuan potensial untuk menyerap kelebihan stok. Langkah ini diharapkan mampu meredakan tekanan di pasar domestik dan memulihkan kepercayaan.